Senin, 17 Desember 2012

praktikum kimia

-->
BAB I
PENDAHULUAN
Analisa kuantitatif dengan metode reaksi asam basa atau netralisasi. Asam adalah zat yang bisa dilarutkan dalam air mengalami dissosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai salah satu ion positif. Basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami dissosiasi dengan pembentukan ion hidroksi (OH-) sebagai satu-satunya ion negatif. Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Proses semacam ini disebut netralisasi. Reaksi netralisasi dapat berlangsung tanpa adanya air. Dalam hal ini asam-asam yang tak terdissosiasi beraksi langsung dengan ion hidroksil yang berada dalam fase padat. Percobaan analisa kuantitatif bertujuan untuk mengenal metode analisa kuantitatif dan menetapkan kadar asam cuka. Sedangkan manfaat dari praktikum analisa kuantitatif yaitu praktikan mampu melakukan metode analisa kuantitatif untuk menentukan kadar asam cuka dengan cara titrasi.
Karbohidrat digolongkan menurut strukturnya sebagai monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Pada prinsipnya untuk mengetahui sifat umum dan sifat khusus dari karbohidrat dilakukan dengan berbagai macam pengujian yaitu uji kelarutan, uji fehling, uji benedict, dan uji asam pikrat. Tujuan dari praktikum karbohidrat adalah untuk mengetahui sifat umum maupun sifat khusus dari karbohidrat dengan cara melakukan pengujian. Manfaat dari praktikum ini yaitu agar praktikan mampu melakukan uji karbohidrat, dan mampu membedakan sifat fisik maupun sifat kimia dari karbohidrat.
Degradasi protein dari makromolekul menjadi mikromolekul dengan uji biuret dan hubungan antara protein dengan senyawa logam berat dengan cara presipitasi. Uji biuret digunakan untuk menguji adanya peptida ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi ungu. Uji prepitasi digunakan untuk menunjukan bahwa protein dapat terdenaturasi dengan logam-logam berat. Jika pada pengujian bernilai posotif akan terdapat endapan pada sampel. Tujuan dari praktikum protein adalah untuk mengetahui sifat umum dan sifat khusus dari protein dengan cara melakukan pengujian. Manfaat dari praktikum ini praktikan mampu mengetahui sifat fisik maupun sifat kimia dari protein.
Pada percobaan lemak, sifat umum dan sifat khususnya dapat diketahui dengan cara berbagai pengujian antara lain dengan uji sifat fisik, kekentalan dan bau, uji kelarutan, dan uji emulsi. Tujuan praktikum pada lemak adalah untuk mengetahui sifat umum dan sifat khusus pada lemak. Manfaat dari praktikum ini adalah praktikan mampu melakukan pengujian yaitu uji fisik, kekentalan dan bau, uji kelarutan dan uji emulsi.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.            Analisa Kuantitatif
2.1.1.      Reaksi Asam Basa atau Netralisasi
Asam adalah zat yang bisa dilarutkan dalam air mengalami dissosiasi dengan  pembentukan ion hydrogen sebagain  salah satu ion positif. Basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentuksan ion hidroksil (OH-) sebagai satu-satunya ion negative. Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa, proses semacam ini disebut netralisasi. Jika sejumlah asam dan basa murni yang diekuivalen dicampur dan larutannya diluapkan, suatu zat kristalin tertinggal yang tidak mempunyai cirri-ciri khas suatu asam ataupun basa, zat ini disebut garam.
contoh : HCl + NaOH          NaCl + H2O
Pembentukan garam merupakan proses kimia sejati. padahal asam dan basa hamper semua terdisosiasi dalam larutan. Namun air Juga Dapat terbentuk tetapi tidak terdisosiasi sama sekali. Pada hakekatnya reaksi asam basa dalam air adalah pembentukan air panas netralisasi (56,9 Kj) untuk tiga mol asam dan basa. zat-zat amphoter mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik dengan menggunakan asam maupun basa (lebih tepatnya dengan ion hydrogen maupun ion hidroksil). Reaksi netralisasi antara asam kuat dengan hidroksida logam dalam larutan air sebenarnya adalah reaksi antara hidromium dan hidroksina.
Contoh : H3O + OH-          H2O + H2O
Reaksi netralisasi dapat berlangsung tanpa adanya air. dalam hal ini asam-asam yang tidak terdisosiasi bereaksi langsung dengan ion hidroksil yang berada dalam fase padat (Svehla, 1979).

2.1.2.      Titrasi
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan suatu larutan ion yang konsentrasinya diketahui. Pada waktu titrasi larutan yang mengandung suatu pereaksi dimasukkan dalam buret disebut penitrat atau titran. Larutan ini diteteskan perlahan-lahan melalui kran dalam Erlenmeyer yang mengandung pereaksi lain. Titrasi dihentikan sampai warna indicator berubah. Perubahan warna ini menendakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1997). 

2.2.            Karbohidrat
2.2.1.      Pengertian Karbohidrat
Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton yang mempunyai rumus Cn(H2O)m. Dimana n sama dengan m atau kelipatan bilangan bulat karbohidrat merupakan senyawa-senyawa hasil fotosintesis tumbuhan yang berklorofil.
6CO2 + 6H2O             C6H12O6 + 6O2
Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia, bila kelebihan karbohidrat maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dan asam lemak (Respati, 1980).
Karbohidrat biasanya digolongkan menurut strukturnya sebagai monosakarida, oligosakarida atau polisakarida. Istilah sakarida berasal dari bahasa latin (sakaru, gula) dan merujuk pada rasa manis dari beberapa karbohidrat sederhana. Ketiga golongan karbohidrat ini berkaitan satu dengan yang lainnya lewat hidrolisis.
Monosakarida (atau kadang-kadang disebut gula sederhana) ialah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana lagi. Polisakarida mengandung banyak unit monosakarida, adakalanya ratusan atau bahkan ribuan. Biasanya, tetapi tidak selalu, unit-unit ini identik. Dua dari polisakarida yang paling penting yaitu pati dan selulosa, mengandung unit-unit yang berhubungan dari monosakarida yang sama, yaitu glukosa, oligosakarida (dari kata yunani oligos, beberapa) mengandung sekurang-kurangnya dua dan biasanya tidak lebih dari beberapa unit monosakarida yang bertautan. Oligosakarida dapat disebut disakarida, trisakarida dan seterusnya, tergantung pada jumlah unit yang dapat sejenis atau tidak sejenis. Contohnya maltosa ialah disakarida yang terbuat dari dua unit glukosa, tetapi sukrosa, disakarida lainnya, terbuat dari dua unit monosakarida yang berbeda, yaitu glukosa dan fruktosa (Hart, 2003).
2.2.2.      Uji Pengenalan Karbohidrat
2.2.2.1.     Uji Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, fehling ada dua macam :
Ø Fehling A : larutan cupri sulfat
Ø Fehling B : larutan NaOH, NaK tatrat
Apabila dicampur dengan karbohidrat maka akan membentuk endapat Cu2O berwarna merah bata atau antara kuning dan merah bata (Holmi Comp, 1964).
2.2.2.2.     Uji Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung cupri sulfat (CuSO4), Natrium karbonat (NaCO3) dan Natrium Sulfat (Na2SO4). Jika karbohidrat ditambah dengan benedict akan menyebabkan oksidasi karbohidrat menjadi asam siklamat, sedangkan pereaksi benedict terduksi dan menghasilkan endapan merah bata (Cu2O) (Holmi Comp, 1964).
2.2.2.3.     Uji Asam Pikrat
Asam pikrat jenuh berwarna kuning. Positif jika terjadi perubahan warna kuning menjadi merah. Uji ini untuk mengetahui sifat pereduksi karbohidrat (Lucas, 1935).





BAB III
MATERI DAN METODE
3.1.            Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum analisa kuantitatif adalah statif yang digunakan sebagai tempat pemasangan buret pada saat titrasi, buret yag berfungsi untuk menitrasi larutan NaOH dan asam cuka, erlenmeyer digunakan sebagai tempat percampuran antara NaOH atau asam cuka yang telah diencerkan, dicampur dengan indikator feno lftalein, labu ukur berfungsi untuk mengencerkan larutan, pipet volume berfungsi untuk mengambil larutan  dengan volume tertentu, pipet tetes yang berfungsi untuk mengambil larutan atau  menetesi larutan yang akan diuji dengan skala tetes yang kecil. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah asam cuka atau asam asetat (CH3COOH), natrium hidroksida (NaOH), asam oksalat (H2C2O4) dan fenolftalein.
Sedangkan pada materi karbohidrat, alat yang digunakan yaitu pipet tetes yang berfungsi untuk mengambil larutan, tabung reaksi yang berguna untuk mereaksikan bahan-bahan, rak tabung yang berfungsi untuk meletakkan tabung reeaksi, bunsen yang berguna untuk memanaskan bahan-bahan pada tabung reaksi, dan penjepit untuk menjepit tabung reaksi pada saat pembakaran. Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan protein yaitu glukosa (C6H12O6), laktosa (C6HO), maltose (C6H20O10), sukrosa (C12H22O11), fruktosa (C6H12C6), madu, sirup, asam pikrat (C6H2(NO3)OH), pereaksi benedict (NaCO3 + CuSO4 + sitrat), fehling A (larutan CuSO4), fehling B (Kna-tatrat dan NaOH).
Pada percobaan protein dan lemak, alat yang digunakan yaitu tabung reaksi yang fungsinya untuk mereaksikan bahan-bahan, pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan, dan penjepit yang fungsinya untuk menjepit tabung reaksi. Bahan yang digunakan pada percobaan protein antara lain putih telur, susu, FeCl3 (ferri clorida), CuSO4 (tembaga sulfat), HgCl (mercuri clorida) dan NaOH (natrium hidroksida). sedangkan bahan yang digunakan pada percobaan lemak yaitu minyak kelapa, lemak atau gajih, aquades, Na2CO3 (natrium karbonat), alkohol (R-OH), eter (R-O-R), kloroform(CHCl3), mentega, margarin, dan air sabun.

3.2.            Metode
Percobaan pada analisa kuantitatif dapat dilakukan dengan dua metode yaitu standarisasi NaOH dengan asam oksalat dan penetapan kadar asam cuka. Metode yang dilakukan dalam standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat standar yaitu dengan menimbang 0,63 gr asam oksalat. Melarutkan  asam oksalat yang sudah ditimbang kedalam aquades dan mengencerkannya menjadi 100 ml dengan labu takar. Memipetkan 10 ml NaOH kedalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet volum dan menambahkan 7 tetes indikator  fenolftaleine. Larutan NaOH tersebut dititrasi dengan asam oksalat sampai warna merah indikator tepat hilang. Mencatat volume asam oksalat yang diperlukan dalam titrasi. Mengulangi titrasi sebanyak dua kali dan menghitung konsentrasi NaOH yang sesungguhnya. Reaksi pada percobaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
H2C2O4 + 2NaOH            Na2C2O4 + 2 H2O
Metode yang kedua yaitu penetapan kadar asam cuka, yang digunakan untuk menentukan kadar asam cuka yaitu dengan cara mengisikan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya kedalam buret. Mengambil 10 ml asam cuka perdagangan dan mengencerkan menjadi 250 ml dengan labu takar. Memipetkan 10 ml asam cuka yang telah diencerkan dan memasukkan dalam erlenmeyer. Menambahkan 3 tetes indikator fenolftalein pada asam cuka tersebut. Menitrasi larutan asam cuka dengan NaOH sampai timbul warna merah muda tetap.  Mengulangi titrasi sebanyak dua kali dan mencatat volume NaOH yang diperlukan pada saat titrasi. Menghitung kadar asam cuka. Reaksi penetapan kadar asam cuka dapat dituliskan sebagai berikut :
CH3COOH + NaOH          CH3COOH + H2O
Sifat umum dan husus dari  karbohidrat pada suatu sampel dapat diketahui dengan beberapa metode yaitu uji kelarutan dengan cara menyiapkan 7 tabung reaksi kemudian memasukkan berturut-turut larutan glukosa, fruktosa, madu, laktosa, sirup, dan sukrosa sebanyak 5 tetes menggunakan pipet tetes, kemudian menambahkan aquades sebanyak 10 tetes ke setiap tabung reaksi, menggojog tiap tabung, kemudian mengamati, dan mencatat perubahan yang terjadi. Uji fehling dengan cara menyiapkan 7 tabung reaksi kemudian memasukkan berturut-turut larutan glukosa, fruktosa, madu, laktosa, sirup, dan sukrosa sebanyak 10 tetes, kemudian menambahkan pereaksi fehling A dan fehling B sebanyak 5 tetes, kemudian mengamati perubahannya setelah menggojog larutan tersebut. Uji benedict dengan cara menyiapkan 7 tabung reaksi kemudian memasukkan berturut-turut larutan glukosa, fruktosa, madu, laktosa, sirup, dan sukrosa sebanyak 10 tetes, kemudian menambahkan pereaksi benedict sebanyak 10 tetes dan menggojognya, kemudian mengamati perubahannya. Uji asam pikrat dengan cara menyiapkan 7 tabung reaksi kemudian memasukkan berturut-turut larutan glukosa, fruktosa, madu, laktosa, sirup, dan sukrosa sebanyak 10 tetes,kemudian menambahkan larutan asam pikrat 5 tetes dan sodium karbonat 5 tetes, kemudian menggojognya, dan mengamati perubahannya.
Sifat umum dan sifat khusus dari protein dapat diketahui dengan melakukan beberapa pengujian pada beberapa sampel. Pengujian tersebut diantaranya uji biuret dan presipitasi dengan larutan logam garam berat. Uji biuret dengan cara mencampurkan 10 tetes putih telur, dan 10 tetes NaOH 10% dalam tabung reaksi,kemudian menambahkan tepat 10 tetes CuSO4 0,5%, mencampur atau mengaduk sampai tercampur merata, setelah itu mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi. Kemudian mengulangi langkah tersebut pada reagen susu. Sedangkan uji presipitasi dilakukan dengan dengan cara menyediakan 3 tabung reaksi dan mengisi masing-masing dengan larutan putih telur, tabung yang pertama ditambahkan dengn larutan FeCl3 sebanyak 15 tetes,menambahkan 15 tetes larutan CuSO4 pada tabung kedua, dan pada tabung ketiga ditambahkan larutan HCl2 sebanyak 15 tetes. Kemudian mengamati dan membandingkan warna endapan yang terbentuk dan mencatat  pada lembar pengamatan. Pada percobaan presipitasi dengan larutan garam logam berat protein susu, metode yang dilakukan adalah sama dengan metode pada putih telur.
Sifat umum dan sifat khusus dari lemak dapat diketahui dengan melakukan beberapa pengujian pada beberapa sampel. Pengujian tersebut diantaranya uji sifat fisik, kekentalan dan bau, uji kelrutan lemak dan uji emulsi. Pengujian sifat fisik, kekentalan, dan bau dilakukan dengan menyiapkan bahan yaitu minyak kelapa dan gajih, kemudian mengamati sifat fisik, bau dan kekentalan. Setelah itu mencatat ke tabel pengamatan atau lembar pengamatan. Uji kelarutan Lemak dilakukan dengan menyiapkan 5 tabung reaksi, kemudian menambahkan 10 tetes secara berturut-turut air, Na2CO3, alkohol, eter, chloroform.. Kemudian menambahkan 10 tetes minyak kelapa pada semua tabung reaksi, menggojog dan mendiamkan beberapa menit. Mengamati dan mencatat dalam tabel pengamatan. Mengulangi langkah tersebut dua kali dengan bahan margarin dan mentega. Uji Emulsi dengan cara menyiapkan 3 tabung reaksi dan menambahkan 2 ml air dan 1 tetes Na2CO3, dan pada tabung kedua. Pada tabung ketiga ditambahkan 1 tetes air sabun, kemudian menggojog dan mendiamkan beberapa saat. Kemudian mengamati dan mencatat pada perubahan yang terjadi dalam tabel pengamatan. Mengulangi langkah tersebut sebanyak dua kali dengan mengganti minyak kelapa dengan mentega dan margarin.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.            Analisa Kuantitatif
4.1.1.      Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar
Berdasarkan hasil praktikum kimia dasar standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat standar diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Standarisasi NaOH dengan larutan Asam Oksalat Standar
Percobaan
Volume Asam Oksalat (ml)
Titrasi I
9,4
Titrasi II
8,9
Rata-rata
9,15
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012
Berdasarkan hasil percobaan standarisasi 10 ml NaOH dengan larutan asam oksalat 0,1 N diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0,0915 N. Konsentrasi NaOH tersebut sudah mendekati konsentrasi NaOH yang sebenarnya yaitu 0,1 N. Hal ini sesuai dengan pendapat Day dan Underwood (2002) yang menyatakan bahwa  kuantitas itu hendaknya menuntut basa 0,1 N dngan volume yang wajar untuk titrasi. Proses pada percobaan ini disebut dengan titrasi yaitu penambahan larutan standar kedalam larutan yang ditentukan hingga mencapai reaksi yang sempurna. Hal ini sesuai dengan pendapat Goldberg (2004) yang mengatakan bahwa untuk menentukan konsentrasi suatu larutan, suatu larutan dengan konsentrasi dan volume yang sudah diketahui dapat direaksikan dengan larutan yang akan ditentukan konsentrasinya sampai perbandingan molnya tepat seperti yang diperlukan dalam persamaan kimia yang seimbang. Kemudian dari reaktan yang telah diketahui volumenya, konsentrasi larutan yang belum diketahui dapat dihitung. Prosedur ini disebut titrasi.
Selama titrasi, tabung erlenmeyer harus digoyang-goyangkan agar larutan NaOH+PP bercampur merata dengan larutan asam oksalat. Titrasi ini harus dilakukan sampai mencapai keadaan ekuivalen. Artinya titrat (NaOH) dan titran (asam oksalat) tepat habis reaksi dengan ditandai perubahan warna dari merah muda menjadi putih atau bening. Hal ini sesuai dengan pendapat Day dan Underwood (2002) yang mengatakan bahwa reaksi kimia harus diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekuivalen. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Keenan et al. (1984) yang mengatakan bahwa perubahan warna itu merupakan tanda bahwa sejumlah basa telah ditambahkan yang ekuivalen dengan banyaknya asam. Titrasi tersebut dilakukan sebanyak dua kali agar diperoleh data yang mendekati kebenaran atu akurat. Sehingga diperoleh volume rata-rata asam oksalat yang digunakan titrasi sebanyak 9,15 ml. Dari volume rata-rata tersebut dapat dihitung konsentrasi NaOH dengan rumus N1V1=N2V2

4.1.2.      Penetapan Kadar Asam Cuka
Berdasarkan hasil praktikum dalam menentukan kadar asam cuka diperoleh hasil sebagai berikut :


Tabel 2. Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Asam Cuka
Percobaan
Volume NaOH (ml)
Titrasi I
14,8
Titrasi II
16,1
Rata-rata
15,45
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil percobaan, kadar asam cuka pada cuka “Dixi” adalah sebesar 20,8575 %. kadar asam cuka tersebuttidak sesuai dengan kadar asam cuka yang ada pada label asam cuka perdagangan yaitu sebesar 25 %. Hal itu bisa saja terjadi akibat dari kurang ketelitian pada saat malkukan praktikum. Seperti pada saat titrasi, kurang teliti dalam menentukan titik ekuivalen dan dimana suatu proses titrasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Day dan Underwood (2002) yang menyatakan bahwa ada sedikitnya dua sumber kesalahan dalam penentuan titik akhir suatu titrasi yang menggunakan indicator visual. Suatu terjadi ketika indicator dipakai tidal berubah warna pada pH yang tepat. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Petrucci et al. (2007) yang menyatakan bahwa kunci pada setiap titrasi adalah titik ekuivalen kedua reaktan telah bergabung dalam proporsi pada stokiometri, keduanya terpakai tanpa ada yang berlebih.
Selama proses titrasi asam cuka+PP dengan NaOH yang konsentrasinya sudah diketahui, tabung Erlenmeyer harus selalu digoyang-goyangkan agar semua larutan dapat bercampur secara merata. Sehingga dapat membuat proses titrasi semakin cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Chang (2004) yang mengatkan bahwa teknik penggoyangan berfungsi untuk memperbanyak partikel yang bertumbukan sehingga laju reaksi atau kecepatan reaksinya akan berlangsung cepat. untuk mengetahui proses titrasi asam cuka+PP dengan NaOH mancapai titik ekuivalen ditandai dengan perubahan warna dari putih atau bening hingga menjadi merah muda. setelah mencapai titik ekuivalen tersebut, Volume NaOH yang digunakan titrasi dapat diketahui. Sehingga kadar asam cukanya bisa dihitung dengan rumus.

4.2.            Karbohidrat
Berdasarkan hasil dari praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:
4.2.1.      Hasil Uji Kelarutan
Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan
Sampel
Warna
Bentuk
Keterangan
Glukosa
Bening- Bening
Tidak ada endapan
Larut
Fruktosa
Bening- Bening
Tidak ada endapan
Larut
Madu
Hijau bening-hijau bening
Tidak ada endapan
Larut
Laktosa
Bening- Bening
Tidak ada endapan
Larut
Maltosa
Bening- Bening
Tidak ada endapan
Larut
Sirup
Merah muda- merah muda
Tidak ada endapan
Larut
Sukrosa
Bening- Bening
Tidak ada endapan
Larut
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Pada praktikum uji kelarutan diperoleh hasil bahwa glukosa, fruktosa, madu, laktosa, maltose, sirup, dan sukrosa dapat larut dalam air. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa monokarbohidrat sederhana maupun majemuk mudah larut dalam aquades. Larutan glukosa, fruktosa, laktosa, maltose, dan sukrosa berwarna bening dan setelah ditetesi dengan aquades warna tetap berwarna bening, hal ini mengidentifikasikan bahwa larutan tersbut termasuk golongan monosakarida karena sudah tidak dapat dihidrolisis. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden dan Fessenden (1986) yang menyatakan bahwa monosakarida adalah golongan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis lagi.

4.2.2.      Hasil Uji Fehling
Tabel 4. Hasil Pengamatan Uji Fehling
Sampel
Reaksi (+ / -)
Keterangan
Laktosa
+
Bening-orange ada endapan merah bata
Sukrosa
+
Bening – Biru ada endapan merah bata
Glukosa
+
Bening – coklat muda ada endapan merah bata
Fruktosa
+
Bening – Biru  ada endapan merah bata
Maltosa
+
Bening – Coklat muda ada endapan merah bata
Madu
+
Bening – Coklat tua ada endapan merah bata
Sirup
+
Bening – Coklat tua ada endapan merah bata
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Pada uji fehling larutan-larutan seperti laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, maltose, madu, dan sirup, setelah ditetesi dengan fehling A dan fehling B kemudian menggojognya mengalami perubahan warna. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang mengatakn bahwa reaksi fehling ditambah karbohidrat pereduksi kemudian dipanaskan akan terjadi perubahan warna.
 Dalam uji fehling terdapat endapan merah bata setelah didiamkan beberapa menit. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden dan Fessenden (1986) yang menyatakan bahwa adanya gula pereduksi pada suatu larutan ditandai dengan adanya perubahan warna khususnya merah bata pada larutan dan jika gula tersebut merupakan gula pereduksi, Cu akan berubah menjadi Cu2 O yang berwarna merah dan terjadi reaksi:
H – C = O + Cu2+ + NaOH             H- COONa + Cu2O + 2H+
Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Bintang (2010) yang menyatakan bahwa uji positif adanya  gula pereduksi pada uji fehling ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah bata.

4.2.3.      Hasil Uji Benedict
Tabel 5. Hasil Pengamatan Uji Benedict
Sampel
Reaksi (+ /-)
Keterangan
Glukosa
+
Ada endapan hijau
Fruktosa
+
Warna akhir orange
Maltosa
+
Warna akhir orange
Laktosa
+
Warna akhir kuning
Sirup
+
Warna akhir kuning
Sukrosa
+
Warna akhir kuning
Madu
+
Warna akhir orange
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Pada uji benedict larutan-larutan seperti glukosa, fruktosa, maltosa, laktosa,sirup, sukrosa dan madu yang semula berwarna bening setelah ditetesi dengan larutan pereaksi benedict dan digojog larutan berubah warna.Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakn bahwa pemanasan karbohidrat peredukdi dengan pereaksi benedict akan terjadi perubahan warna.
 Pada larutan glukosa terdapat endapan hijau,hal ini menunjukkan bahwa reaksi tersebut positf teridentifikasi adanya karbohidrat melalui reaksi gula pereduksi.Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa pada uji benedict terdapat endapan berwarna merah.Gula pereduksi bereaksi dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu2O), dengan reaksinya :
R      C = O + 2Cu2+ (sitrat)            R      C = O + Cu2O
                           H                                                                   OH
Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Bintang (2010) yang menyatakan bahwa pada uji benedict terbentuk endapan berwarna hijau, kuning, atau merah bata, tergantung dari konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.

4.2.4.      Hasil Uji Asam Pikrat
Tabel 6. Hasil Pengamatan Uji Benedict
Sampel
Reaksi (+ / -)
Keterangan
Glukosa
+
Bening-bening dan warna akhir orange
Fruktosa
+
Bening-kuning dan warna akhir orange
Madu
+
Bening-kuning dan warna akhir orange
Laktosa
+
Bening-kuning dan warna akhir orange
Maltosa
+
Bening-kuning dan warna akhir merah
Sirup
+
Bening-kuning dan warna akhir merah
Sukrosa
+
Bening-kuning dan warna akhir orange
Sumber: Data Primer Praktikum kimia Dasar, 2012.
Pada uji asam pikrat larutan-larutan glukosa, fruktosa, maltose, laktosa, madu, sirup, dan sukrosa, mengalami perubahan warna setelah ditetesi dengan asam pikrat dan sodium karbonat menjadi orange atau merah bata. hal ini sesuai dengan pendapat sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa pada reaksi yang terjadi dalam uji asam pikrat adalah oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam onat dan reduksi asam pikrat yang berwarna kuning menjadi asam pikramat yang berwarna merah.
Dalam uji pikramat ada endapan merah karena terjadi reaksi antara gula pereduksi dengan larutan pereaksi. hal ini sesuai dengan pendapat sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa pada uji asam pikrat terjadi reaksi :
 R      C = O + O2N                OH                    O2N           OH                R – O -  OH                                                                                                                       
                                                        NO2     Na2CO3                       NH2                                C
                                                   NO 2                                                NO 2

4.3.            Protein
4.3.1.      Uji Biuret
Berdasarkan praktikum protein pada uji biuret diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Pengamatan Uji Biuret
Sampel
Reaksi(+/-)
Keterangan
Putih telur
+
Berubah warna menjadi ungu
Susu
+
Berubah warna menjadi ungu
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil pengujian pada uji biuret, sampel menunjukkan bahwa reaksi positif mengandung protein yang ditandai dengan perubahan warna menjadi ungu seelah ditetesi larutan CuSO4 dan NaOH. Hal ini sesuai dengan pendapat Bintang (2010) yang menyatakan bahwa uji biuret didasarkan pada reaksi antara ion Cu2+ dan ikatan peptida dalam suasana basa yang membentuk warna komlpleks ungu yang menunjukkan adanya protein, pekat atau tidaknya warna ungu menunjukkan banyak atau tidaknya kandungan ikatan peptida pada struktur protein tersebut. Banyak sedikitnya ikatan peptida dalam molekul protein dapat dites dengan menggunakan biuret, karena ion Cu2+ daro biuret dalam suasana basa bereaksi dengan peptida dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (Iswari dan Yuniastuti, 2006).
4.3.2.      Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat pada Putih Telur
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Pengamatan Uji Biuret
Reagen
Reaksi(+/-)
Keterangan
FeCl3
+
Coklat, terdapat endapan
CuSO4
+
Biru muda, terdapat endapan
HgCl2
+
Putih kental, terdapat endapan
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil praktikum presipitasi dengan larutan garam logam berat pada putih telur menunjukkan bahwa reaksi positif yang reagennya FeCl3, CuSO4,dan HgCl2 yang ditandai dengan adanya endapan,karena mengalami denaturasi oleh adanya logam berat seperti Fe3+, Hg2+, dan Cu2+, sehingga jika keduanya bereaksi akan terjadi endapan. Hal ini sesuai dengan pendapat Day dan Underwood (1983) yang menyatakan bahwa bahwa suatu senyawa seperti besi hidroksida demikian tidak larutnya, sehingga dalam larutan asam harga (Q-5) 15 masih demikian besarnya hingga menghasilkan endapan. Pengendapan umum terjadi karena reaksi ion logam berat (raksa II klorida, perak nitrat, timbal, asetat), serta larutan garam pekat (amonium sulfat, natrium klorida, dan natrium sulfat) (Thenawijaya, 2000).
4.3.3.      Presipitasi dengan Larutan Garam Logam Berat pada Larutan susu
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Pengamatan Uji Biuret
Reagen
Reaksi(+/-)
Keterangan
FeCl3
+
Kuning,terdapat endapan
CuSO4
+
Biru muda, terdapat endapan
HgCl2
+
Putih encer, terdapat endapan
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.                                                                   
Berdasarkan hasil praktikum presipitasi dengan larutan garam logam berat terhadap larutan susu, menunjukkan bahwa reagen mengandung protein yang ditandai dengan adanya endapan setelah molekul-molekul yang ada pada larutan susu bereaksi dengan logam berat(Fe3+, Cu2+, dan Hg2+). Hal ini sesuai dengan pendapat Iswari dan Yuniastuti (2006) yang menyatakan bahwa pengendapan umum terjadi karena ion logam berat(raksa II klorida, perak nitrat, timbal asetat) serta larutan garam pekat (amonium sulfat, natrium klorida, dan natrium sulfat) sehingga menyebabkan molekul pada larutan susu dengan ion logam berat tolak-menolak dan membentuk partikel lebih besar yang turun ke dasar sebagai endapan.

4.4.            Lemak
4.4.1.      Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 10. Hasil Pengamatan Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau
       Sampel
Kekentalan
Bau
Sifat fisik
Minyak kelapa
Kental
Tidak bau
Cair
Lemak (gajih)
Padat
Bau
Padat
 Sumber: Data primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan pengujian sifat fisik, kekentalan dan bau pada lemak menunjukan bahwa minyak kelapa berbentuk cair karena minyak mengandung presentase asam lemak tak jenuh yang tinggi, sedangkan lemak berbentuk padat karena, presentase asam lemak tak jenuh rendah. hal ini sesuai dengan pendapat Hart et al. (2003) yang menyatakan bahwa minyak berwujud cair karena dari komposisinya minyak mengandung presentase asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan lemak gajih, pada pengujian tersebut lemak gajih berwujud kental baunya amis dan sifat fisiknya padat. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden dan Fessenden (1997) yang menyatakan bahwa perbedaan lemak dan minyak adalah pada sifat fisiknya, temperature kamar, lemak bersifat padat dan minyak bersifat cair, dan pada gajih berbau amis karena disebabkan oleh terbentuknya trimetil amin dari lecithin dan bau yang timbul juga dikarenakan penyimpanan yang terlalu lama. Rasa dan bau yang tidak menyenangkan timbul bila lemak disimpan lama karena disebabkan dua hal yaitu hidrolisis dan oksidasi (Bintang, 2010).

4.4.2.       Uji Kelarutan Lipid pada Minyak Kelapa
Berdasarkan praktikum diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Lipid pada Minyak Kelapa
Reagen
Kelarutan
Air
Tidak larut
Na2CO3
Sedikit larut
Alkohol
Tidak larut
Eter
Sedikit larut
Kloroform
Tidak larut
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan percobaan pada uji kelarutan lipid pada minyak kelapa, hanya Na2CO3 dan eter yang sedikit larut,pada  reagen air, lemak tidak dapat larut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa lemak tidak larut dalam air,tetapi larut dalam pelarut organik.

4.4.3.      Uji Kelarutan Lipid pada Margarin
Berdasarkan percobaan pada uji kelarutan lipid pada margarine diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Lipid pada Margarin
Reagen
Kelarutan
Air
Tidak larut
Na2CO3
Sedikit larut
Alkohol
Tidak larut
Eter
Larut
Kloroform
Larut
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan uji kelarutan lipid pada margarin menunjukkan bahwa reagen memiliki sifat kelarutan yang berbeda. Reaksi positif hanya terdapat pada reagen eter dan kloroform. Hal ini sesuai dengan pendapat Bintang (2010) yang menyatakan bahwa lipid tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform.

4.4.4.      Uji Kelarutan Lipid pada Mentega
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut:


Tabel 13. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Lipid pada Mentega
Reagen
Kelarutan
Air
Tidak larut
Na2CO3
Sedikit larut
Alkohol
Tidak larut
Eter
Larut
Kloroform
Larut
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan percobaan pada uji kelarutan mentega menunjukkan bahwa mentega yang lemak hanya akan larut dalam pelarut non polar yaitu eter dan kloroform. Hal ini sesuai dengan pendapat Iswari dan Yuniastuti (2006) yang menyatakan bahwa lemak larut di pelarut non polar sepeti eter dan kloroform.

4.4.5.      Uji Emulsi Minyak Kelapa
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 14. Hasil Pengamatan Uji Emulsi Minyak Kelapa
Sampel
Emulsi
Air
Tidak ada emulsi
Na2CO3
Ada emulsi
Air sabun
Ada emulsi
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan percobaan uji emulsi pada minyak kelapa yang terjadi emulsi adalah Na2CO3 dan air sabun. Syarat-syarat emulsifikasi adalah adanya dua zat yang tidak saling campur antara air dan minyak. Hal ini sesuia dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa syarat-syarat terjadinya emulsifikasi adalah adanya dua zat yang tidak saling campur (air dan minyak), adanya emulsifying agent dan adanya agitasi.
4.4.6.      Uji emulsi Mentega
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 15. Hasil Pengamatan Uji Emulsi Mentega
Sampel
Emulsi
Air
Ada emulsi
Na2CO3+air
Sedikit emulsi
Air sabun+air
Ada emulsi
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan uji emulsi mentega menunjukkan bahwa mentega dapat diemulsikan oleh air dan air sabun karena keduanya sebagai emulsifier pada mentega. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa emulsifier digunakan untuk membantu pembentukan emulsi.

4.4.7.      Uji emulsi Margarin
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 15. Hasil Pengamatan Uji Emulsi Mentega
Sampel
Emulsi
Air
Ada emulsi
Na2CO3+air
Sedikit emulsi
Air sabun+air
Ada emulsi
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan uji emulsi pada margarin menunjukkan bahwa Na2CO3 yang ditambahkan dengan air tidak mengalami emulsi. Emulsifier berfungsi untuk membantu pembentukan emulsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Djojosumarto (2008) yang menyatakan bahwa emulsifier digunakan untuk membantu proses pembentukan emulsi pada lemak.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.            Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa standarisasi NaOH dengan larutan standar asam oksalat 0,1 N dengan volume 9,15 ml dapat menetapkan konsentrasi sebesar 0,0985 N. Sedangkan konsentrasi dari asam cuka sebesar 20,8575 %. Menurut percobaan ini, bila suatu asam dan suatu basa yang masing-masing dalam kuantitas yang ekuivalen secara kimiawi, dicampur akan menghasilkan suatu reaksi penetralan, yang menghasilkan suatu larutan dalam air. lerutan tersebut akan benar-benar netral jika asam dan basa itu sama kuat; kalu tidak akan diperoleh larutan asam lemah atau basa lemah. Konsentrasi suatu larutan asam atau basa dapat ditentukan dengan titrasi dengan larutan yang konsentrasinya diketahui. Teknik semacam itu disebut analisis volumetri.
Karbohidrat merupakan polihidroksi dehida atau polihidroksi keton jika terhidrolisis. sifat-sifat karbohidrat tampak saat dilakkukan pengujian, saat uji kelarutan karbohidrat larit dalam air, kemudian saat uji fehling A dan fehling B pereaksi positif karena menunjukan perubahan warna menjadi merah bata. pada uji benedict reaksi positif karena mnenunjukan perubahan warna biru menjadi merah bata, dalam uji asam pikrat terjadi perubahan warna menjadi merah dan ada endapan yang menunjukan reaksi positif. hal ini disebabkan karena bereaksinya karbohidrat dengan asam pikrat.
Pada materi protein disimpulkan bahwa, larutan putih telur dan susu mengandung protein yang ditandai dengan terjadi perubahan warna menjadi ungu. Pada pengujian presipitasi dengan larutan garam logam berat putih telur dan susu menunjukkan reaksi positif, ditandai dengan timbulnya endapan. Adanya endapan tersebut menunjukkan bahwa struktur protein telah terdenaturasi.
Hasil pembahasan pada praktikum lemak dapat disimpulkan bahwa minyak kelapa, mentega, dan margarin adalah senyawa yang mengandung lemak. Lemak tidak dapat benrcampur dengan air kecuali ada emulgatornya yaitu sabun.

5.2.            Saran
Diharapkan dalam melakukan praktikum untuk berhati-hati dalam menggunkan alat-alat yang ada di laboratorium. selain itu, kedepannya agar lebih teliti dan cermat ketika melakukan pengujian agar data yang diperoleh lebih valid dan maksimal.