BAB I
PENDAHULUAN
Analisa kuantitatif dengan metode reaksi
asam basa atau netralisasi. Asam adalah zat yang bisa dilarutkan dalam air
mengalami dissosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai salah satu ion
positif. Basa adalah zat yang bila dilarutkan dalam air mengalami dissosiasi
dengan pembentukan ion hidroksi (OH-) sebagai satu-satunya ion
negatif. Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Proses semacam ini
disebut netralisasi.
Reaksi netralisasi dapat berlangsung tanpa adanya air. Dalam hal ini asam-asam
yang tak terdissosiasi beraksi langsung dengan ion hidroksil yang berada dalam
fase padat. Percobaan analisa kuantitatif bertujuan untuk
mengenal metode analisa kuantitatif dan menetapkan kadar asam cuka. Sedangkan manfaat dari praktikum
analisa kuantitatif yaitu praktikan mampu melakukan metode analisa kuantitatif
untuk menentukan kadar asam cuka dengan cara titrasi.
Karbohidrat digolongkan menurut strukturnya sebagai monosakarida,
oligosakarida, dan polisakarida. Pada prinsipnya untuk mengetahui sifat umum
dan sifat khusus dari karbohidrat dilakukan dengan berbagai macam pengujian
yaitu uji kelarutan, uji fehling, uji benedict, dan uji asam pikrat. Tujuan
dari praktikum karbohidrat adalah untuk mengetahui sifat umum maupun sifat khusus
dari karbohidrat dengan cara melakukan pengujian. Manfaat dari praktikum ini
yaitu agar praktikan mampu melakukan uji karbohidrat, dan mampu membedakan
sifat fisik maupun sifat kimia dari karbohidrat.
Degradasi protein dari makromolekul
menjadi mikromolekul dengan uji biuret dan hubungan antara protein dengan
senyawa logam berat dengan cara presipitasi. Uji biuret digunakan untuk menguji
adanya peptida ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi ungu. Uji
prepitasi digunakan untuk menunjukan bahwa protein dapat terdenaturasi dengan
logam-logam berat. Jika pada pengujian bernilai posotif akan terdapat endapan
pada sampel. Tujuan
dari praktikum protein adalah untuk mengetahui sifat umum dan sifat khusus dari
protein dengan cara melakukan pengujian.
Manfaat
dari praktikum ini praktikan mampu mengetahui sifat fisik maupun sifat kimia
dari protein.
Pada
percobaan lemak, sifat umum dan sifat khususnya dapat diketahui dengan cara
berbagai pengujian antara lain dengan uji sifat fisik, kekentalan dan bau, uji
kelarutan, dan uji emulsi. Tujuan
praktikum pada lemak adalah untuk mengetahui sifat umum dan sifat khusus pada
lemak. Manfaat dari praktikum ini adalah
praktikan mampu melakukan pengujian yaitu uji fisik, kekentalan dan bau, uji
kelarutan dan uji emulsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Analisa Kuantitatif
2.1.1. Reaksi
Asam Basa atau Netralisasi
Asam adalah
zat yang bisa dilarutkan dalam air mengalami dissosiasi dengan pembentukan ion hydrogen sebagain salah satu ion positif. Basa adalah zat yang
bila dilarutkan dalam air mengalami disosiasi dengan pembentuksan ion hidroksil
(OH-) sebagai satu-satunya ion negative. Garam adalah hasil reaksi
antara asam dan basa, proses semacam ini disebut netralisasi. Jika sejumlah
asam dan basa murni yang diekuivalen dicampur dan larutannya diluapkan, suatu
zat kristalin tertinggal yang tidak mempunyai cirri-ciri khas suatu asam
ataupun basa, zat ini disebut garam.
contoh : HCl + NaOH NaCl
+ H2O
Pembentukan
garam merupakan proses kimia sejati. padahal asam dan basa hamper semua
terdisosiasi dalam larutan. Namun air Juga Dapat terbentuk tetapi tidak
terdisosiasi sama sekali. Pada hakekatnya reaksi asam basa dalam air adalah
pembentukan air panas netralisasi (56,9 Kj) untuk tiga mol asam dan basa.
zat-zat amphoter mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik dengan menggunakan
asam maupun basa (lebih tepatnya dengan ion hydrogen maupun ion hidroksil).
Reaksi netralisasi antara asam kuat dengan hidroksida logam dalam larutan air
sebenarnya adalah reaksi antara hidromium dan hidroksina.
Contoh : H3O + OH- H2O + H2O
Reaksi
netralisasi dapat berlangsung tanpa adanya air. dalam hal ini asam-asam yang
tidak terdisosiasi bereaksi langsung dengan ion hidroksil yang berada dalam
fase padat (Svehla, 1979).
2.1.2. Titrasi
Titrasi
adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti
dari suatu larutan dengan mereaksikan suatu larutan ion yang konsentrasinya
diketahui. Pada waktu titrasi larutan yang mengandung suatu pereaksi dimasukkan
dalam buret disebut penitrat atau titran. Larutan ini diteteskan perlahan-lahan
melalui kran dalam Erlenmeyer yang mengandung pereaksi lain. Titrasi dihentikan
sampai warna indicator berubah. Perubahan warna ini menendakan telah
tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1997).
2.2.
Karbohidrat
2.2.1.
Pengertian
Karbohidrat
Karbohidrat
adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton yang mempunyai rumus Cn(H2O)m.
Dimana n sama dengan m atau kelipatan bilangan bulat karbohidrat
merupakan senyawa-senyawa hasil fotosintesis tumbuhan yang berklorofil.
6CO2 + 6H2O C6H12O6
+ 6O2
Karbohidrat
merupakan sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia, bila
kelebihan karbohidrat maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dan asam
lemak (Respati, 1980).
Karbohidrat biasanya digolongkan menurut strukturnya sebagai monosakarida,
oligosakarida atau polisakarida. Istilah sakarida berasal dari bahasa latin
(sakaru, gula) dan merujuk pada rasa manis dari beberapa karbohidrat sederhana.
Ketiga golongan karbohidrat ini berkaitan satu dengan yang lainnya lewat
hidrolisis.
Monosakarida
(atau kadang-kadang disebut gula sederhana) ialah karbohidrat yang tidak dapat
dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana lagi. Polisakarida mengandung
banyak unit monosakarida, adakalanya ratusan atau bahkan ribuan. Biasanya,
tetapi tidak selalu, unit-unit ini identik. Dua dari polisakarida yang paling
penting yaitu pati dan selulosa, mengandung unit-unit yang berhubungan dari
monosakarida yang sama, yaitu glukosa, oligosakarida (dari kata yunani oligos,
beberapa) mengandung sekurang-kurangnya dua dan biasanya tidak lebih dari
beberapa unit monosakarida yang bertautan. Oligosakarida dapat disebut
disakarida, trisakarida dan seterusnya, tergantung pada jumlah unit yang dapat
sejenis atau tidak sejenis. Contohnya maltosa ialah disakarida yang terbuat
dari dua unit glukosa, tetapi sukrosa, disakarida lainnya, terbuat dari dua unit
monosakarida yang berbeda, yaitu glukosa dan fruktosa (Hart, 2003).
2.2.2. Uji Pengenalan Karbohidrat
2.2.2.1. Uji Fehling
Pereaksi ini dapat direduksi selain
karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, fehling ada dua macam :
Ø Fehling A : larutan cupri sulfat
Ø Fehling B : larutan NaOH, NaK tatrat
Apabila dicampur dengan karbohidrat maka akan
membentuk endapat Cu2O berwarna merah bata atau antara kuning dan
merah bata (Holmi Comp, 1964).
2.2.2.2. Uji Benedict
Pereaksi ini berupa larutan yang mengandung
cupri sulfat (CuSO4), Natrium karbonat (NaCO3) dan
Natrium Sulfat (Na2SO4). Jika karbohidrat ditambah dengan
benedict akan menyebabkan oksidasi karbohidrat menjadi asam siklamat, sedangkan
pereaksi benedict terduksi dan menghasilkan endapan merah bata (Cu2O)
(Holmi Comp, 1964).
2.2.2.3. Uji Asam Pikrat
Asam pikrat jenuh berwarna kuning. Positif
jika terjadi perubahan warna kuning menjadi merah. Uji ini untuk mengetahui
sifat pereduksi karbohidrat (Lucas, 1935).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1.
Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum
analisa kuantitatif adalah statif yang digunakan sebagai tempat pemasangan
buret pada saat titrasi, buret yag berfungsi untuk menitrasi larutan NaOH dan
asam cuka, erlenmeyer digunakan sebagai tempat percampuran antara NaOH atau
asam cuka yang telah diencerkan, dicampur dengan indikator feno lftalein, labu
ukur berfungsi untuk mengencerkan larutan, pipet volume berfungsi untuk
mengambil larutan dengan volume
tertentu, pipet tetes yang berfungsi untuk mengambil larutan atau menetesi larutan yang akan diuji dengan skala
tetes yang kecil. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah asam
cuka atau asam asetat (CH3COOH), natrium hidroksida (NaOH), asam
oksalat (H2C2O4) dan fenolftalein.
Sedangkan
pada materi karbohidrat, alat yang digunakan yaitu pipet tetes yang berfungsi
untuk mengambil larutan, tabung reaksi yang berguna untuk mereaksikan
bahan-bahan, rak tabung yang berfungsi untuk meletakkan tabung reeaksi, bunsen
yang berguna untuk memanaskan bahan-bahan pada tabung reaksi, dan penjepit
untuk menjepit tabung reaksi pada saat pembakaran. Bahan-bahan yang digunakan
pada percobaan protein yaitu glukosa (C6H12O6),
laktosa (C6HO), maltose (C6H20O10),
sukrosa (C12H22O11), fruktosa (C6H12C6),
madu, sirup, asam pikrat (C6H2(NO3)OH),
pereaksi benedict (NaCO3 + CuSO4 + sitrat), fehling A
(larutan CuSO4), fehling B (Kna-tatrat dan NaOH).
Pada
percobaan protein dan lemak, alat yang digunakan yaitu tabung reaksi yang fungsinya
untuk mereaksikan bahan-bahan, pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan,
dan penjepit yang fungsinya untuk menjepit tabung reaksi. Bahan yang digunakan pada percobaan protein antara
lain putih telur, susu, FeCl3 (ferri clorida), CuSO4 (tembaga
sulfat), HgCl (mercuri clorida) dan NaOH (natrium hidroksida). sedangkan bahan
yang digunakan pada percobaan lemak yaitu minyak kelapa, lemak atau gajih, aquades, Na2CO3 (natrium
karbonat), alkohol (R-OH), eter (R-O-R), kloroform(CHCl3), mentega,
margarin, dan air sabun.
3.2.
Metode
Percobaan pada analisa kuantitatif dapat dilakukan
dengan dua metode yaitu standarisasi NaOH dengan asam oksalat dan penetapan
kadar asam cuka. Metode yang dilakukan dalam standarisasi
NaOH dengan larutan asam oksalat standar yaitu dengan menimbang 0,63 gr asam
oksalat. Melarutkan asam oksalat yang sudah ditimbang kedalam
aquades dan mengencerkannya menjadi 100 ml dengan labu takar. Memipetkan 10 ml
NaOH kedalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet volum dan menambahkan 7 tetes
indikator fenolftaleine. Larutan NaOH
tersebut dititrasi dengan asam oksalat sampai warna merah indikator tepat
hilang. Mencatat volume asam oksalat yang diperlukan dalam titrasi. Mengulangi
titrasi sebanyak dua kali dan menghitung konsentrasi NaOH yang sesungguhnya.
Reaksi pada percobaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
H2C2O4
+ 2NaOH Na2C2O4
+ 2 H2O
Metode yang kedua yaitu penetapan kadar asam cuka, yang digunakan
untuk menentukan kadar asam cuka yaitu dengan cara mengisikan larutan NaOH yang
telah diketahui konsentrasinya kedalam buret. Mengambil 10 ml asam cuka
perdagangan dan mengencerkan menjadi 250 ml dengan labu takar. Memipetkan 10 ml
asam cuka yang telah diencerkan dan memasukkan dalam erlenmeyer. Menambahkan 3
tetes indikator fenolftalein pada asam cuka tersebut. Menitrasi larutan asam
cuka dengan NaOH sampai timbul warna merah muda tetap. Mengulangi titrasi sebanyak dua kali dan
mencatat volume NaOH yang diperlukan pada saat titrasi. Menghitung kadar asam
cuka. Reaksi penetapan kadar asam cuka dapat dituliskan sebagai berikut :
CH3COOH +
NaOH CH3COOH + H2O
Sifat umum dan husus dari
karbohidrat pada suatu sampel dapat diketahui dengan beberapa metode
yaitu uji kelarutan dengan cara menyiapkan 7 tabung reaksi kemudian memasukkan
berturut-turut larutan glukosa, fruktosa, madu, laktosa, sirup, dan sukrosa
sebanyak 5 tetes menggunakan pipet tetes, kemudian menambahkan aquades sebanyak
10 tetes ke setiap tabung reaksi, menggojog tiap tabung, kemudian mengamati,
dan mencatat perubahan yang terjadi. Uji fehling dengan cara menyiapkan 7
tabung reaksi kemudian memasukkan berturut-turut larutan glukosa, fruktosa,
madu, laktosa, sirup, dan sukrosa sebanyak 10 tetes, kemudian menambahkan
pereaksi fehling A dan fehling B sebanyak 5 tetes, kemudian mengamati
perubahannya setelah menggojog larutan tersebut. Uji benedict dengan cara
menyiapkan 7 tabung reaksi kemudian memasukkan berturut-turut larutan glukosa,
fruktosa, madu, laktosa, sirup, dan sukrosa sebanyak 10 tetes, kemudian
menambahkan pereaksi benedict sebanyak 10 tetes dan menggojognya, kemudian
mengamati perubahannya. Uji asam pikrat dengan cara menyiapkan 7 tabung
reaksi kemudian memasukkan berturut-turut larutan glukosa, fruktosa, madu,
laktosa, sirup, dan sukrosa sebanyak 10 tetes,kemudian menambahkan larutan asam
pikrat 5 tetes dan sodium karbonat 5 tetes, kemudian menggojognya, dan
mengamati perubahannya.
Sifat umum
dan sifat khusus dari protein dapat diketahui dengan melakukan beberapa
pengujian pada beberapa sampel. Pengujian tersebut diantaranya uji biuret dan
presipitasi dengan larutan logam garam berat. Uji biuret dengan cara mencampurkan 10 tetes
putih telur, dan 10 tetes NaOH 10% dalam tabung reaksi,kemudian menambahkan
tepat 10 tetes CuSO4 0,5%, mencampur atau mengaduk sampai tercampur
merata, setelah itu mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi. Kemudian
mengulangi langkah tersebut pada reagen susu. Sedangkan uji presipitasi dilakukan dengan dengan
cara menyediakan 3 tabung reaksi dan mengisi masing-masing dengan larutan putih
telur, tabung yang pertama ditambahkan dengn larutan FeCl3 sebanyak
15 tetes,menambahkan 15 tetes larutan CuSO4 pada tabung kedua, dan
pada tabung ketiga ditambahkan larutan HCl2 sebanyak 15 tetes. Kemudian
mengamati dan membandingkan warna endapan yang terbentuk dan mencatat pada lembar pengamatan. Pada percobaan
presipitasi dengan larutan garam logam berat protein susu, metode yang
dilakukan adalah sama dengan metode pada putih telur.
Sifat umum
dan sifat khusus dari lemak dapat diketahui dengan melakukan beberapa pengujian
pada beberapa sampel. Pengujian tersebut diantaranya uji sifat fisik,
kekentalan dan bau, uji kelrutan lemak dan uji emulsi. Pengujian sifat
fisik,
kekentalan,
dan bau dilakukan dengan menyiapkan bahan yaitu
minyak kelapa dan gajih, kemudian
mengamati sifat fisik, bau dan kekentalan.
Setelah
itu mencatat ke tabel pengamatan atau lembar pengamatan. Uji kelarutan Lemak dilakukan dengan menyiapkan 5 tabung
reaksi, kemudian menambahkan 10 tetes
secara berturut-turut air, Na2CO3,
alkohol, eter, chloroform.. Kemudian menambahkan 10 tetes
minyak kelapa pada semua tabung reaksi, menggojog dan mendiamkan beberapa
menit. Mengamati dan mencatat dalam
tabel pengamatan. Mengulangi langkah tersebut dua kali dengan bahan margarin
dan mentega. Uji Emulsi dengan cara menyiapkan 3 tabung reaksi dan
menambahkan 2 ml air dan 1 tetes Na2CO3, dan pada tabung kedua. Pada
tabung ketiga ditambahkan 1 tetes air sabun, kemudian menggojog dan mendiamkan
beberapa saat. Kemudian mengamati dan mencatat pada perubahan yang terjadi
dalam tabel pengamatan. Mengulangi langkah tersebut sebanyak dua kali dengan
mengganti minyak kelapa dengan mentega dan margarin.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.
Analisa Kuantitatif
4.1.1.
Standarisasi
NaOH dengan Larutan Asam Oksalat Standar
Berdasarkan
hasil praktikum kimia dasar standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
standar diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Standarisasi NaOH dengan larutan Asam Oksalat
Standar
Percobaan
|
Volume Asam
Oksalat (ml)
|
Titrasi I
|
9,4
|
Titrasi II
|
8,9
|
Rata-rata
|
9,15
|
Sumber : Data Primer
Praktikum Kimia Dasar, 2012
Berdasarkan hasil percobaan standarisasi
10 ml NaOH dengan larutan asam oksalat 0,1 N diperoleh konsentrasi NaOH sebesar
0,0915 N. Konsentrasi NaOH tersebut sudah mendekati konsentrasi NaOH yang
sebenarnya yaitu 0,1 N. Hal ini sesuai dengan pendapat Day dan Underwood (2002)
yang menyatakan bahwa kuantitas itu
hendaknya menuntut basa 0,1 N dngan volume yang wajar untuk titrasi. Proses
pada percobaan ini disebut dengan titrasi yaitu penambahan larutan standar
kedalam larutan yang ditentukan hingga mencapai reaksi yang sempurna. Hal ini
sesuai dengan pendapat Goldberg (2004) yang mengatakan bahwa untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan, suatu larutan dengan konsentrasi dan volume yang
sudah diketahui dapat direaksikan dengan larutan yang akan ditentukan konsentrasinya
sampai perbandingan molnya tepat seperti yang diperlukan dalam persamaan kimia
yang seimbang. Kemudian dari reaktan yang telah diketahui volumenya,
konsentrasi larutan yang belum diketahui dapat dihitung. Prosedur ini disebut
titrasi.
Selama titrasi, tabung erlenmeyer harus
digoyang-goyangkan agar larutan NaOH+PP bercampur merata dengan larutan asam
oksalat. Titrasi ini harus dilakukan sampai mencapai keadaan ekuivalen. Artinya
titrat (NaOH) dan titran (asam oksalat) tepat habis reaksi dengan ditandai
perubahan warna dari merah muda menjadi putih atau bening. Hal ini sesuai
dengan pendapat Day dan Underwood (2002) yang mengatakan bahwa reaksi kimia
harus diproses sampai benar-benar selesai pada titik ekuivalen. Pernyataan
tersebut diperkuat dengan pendapat Keenan et al. (1984) yang mengatakan bahwa
perubahan warna itu merupakan tanda bahwa sejumlah basa telah ditambahkan yang
ekuivalen dengan banyaknya asam. Titrasi tersebut dilakukan sebanyak dua kali
agar diperoleh data yang mendekati kebenaran atu akurat. Sehingga diperoleh
volume rata-rata asam oksalat yang digunakan titrasi sebanyak 9,15 ml. Dari
volume rata-rata tersebut dapat dihitung konsentrasi NaOH dengan rumus N1V1=N2V2
4.1.2.
Penetapan
Kadar Asam Cuka
Berdasarkan hasil praktikum dalam menentukan
kadar asam cuka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Asam Cuka
Percobaan
|
Volume NaOH
(ml)
|
Titrasi
I
|
14,8
|
Titrasi
II
|
16,1
|
Rata-rata
|
15,45
|
Sumber
: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan
hasil percobaan, kadar asam cuka pada cuka “Dixi” adalah sebesar 20,8575 %.
kadar asam cuka tersebuttidak sesuai dengan kadar asam cuka yang ada pada label
asam cuka perdagangan yaitu sebesar 25 %. Hal itu bisa saja terjadi akibat dari
kurang ketelitian pada saat malkukan praktikum. Seperti pada saat titrasi,
kurang teliti dalam menentukan titik ekuivalen dan dimana suatu proses titrasi.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Day dan Underwood (2002) yang menyatakan
bahwa ada sedikitnya dua sumber kesalahan dalam penentuan titik akhir suatu
titrasi yang menggunakan indicator visual. Suatu terjadi ketika indicator
dipakai tidal berubah warna pada pH yang tepat. Hal tersebut diperkuat dengan
pendapat Petrucci et al. (2007) yang menyatakan bahwa kunci pada setiap titrasi
adalah titik ekuivalen kedua reaktan telah bergabung dalam proporsi pada
stokiometri, keduanya terpakai tanpa ada yang berlebih.
Selama
proses titrasi asam cuka+PP dengan NaOH yang konsentrasinya sudah diketahui,
tabung Erlenmeyer harus selalu digoyang-goyangkan agar semua larutan dapat
bercampur secara merata. Sehingga dapat membuat proses titrasi semakin cepat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Chang (2004) yang mengatkan bahwa teknik
penggoyangan berfungsi untuk memperbanyak partikel yang bertumbukan sehingga
laju reaksi atau kecepatan reaksinya akan berlangsung cepat. untuk mengetahui
proses titrasi asam cuka+PP dengan NaOH mancapai titik ekuivalen ditandai
dengan perubahan warna dari putih atau bening hingga menjadi merah muda.
setelah mencapai titik ekuivalen tersebut, Volume NaOH yang digunakan titrasi
dapat diketahui. Sehingga kadar asam cukanya bisa dihitung dengan rumus.
4.2.
Karbohidrat
Berdasarkan hasil dari praktikum diperoleh hasil
sebagai berikut:
4.2.1. Hasil
Uji Kelarutan
Tabel 3. Hasil
Pengamatan Uji Kelarutan
Sampel
|
Warna
|
Bentuk
|
Keterangan
|
Glukosa
|
Bening- Bening
|
Tidak ada endapan
|
Larut
|
Fruktosa
|
Bening- Bening
|
Tidak ada endapan
|
Larut
|
Madu
|
Hijau bening-hijau bening
|
Tidak ada endapan
|
Larut
|
Laktosa
|
Bening- Bening
|
Tidak ada endapan
|
Larut
|
Maltosa
|
Bening- Bening
|
Tidak ada endapan
|
Larut
|
Sirup
|
Merah muda- merah muda
|
Tidak ada endapan
|
Larut
|
Sukrosa
|
Bening- Bening
|
Tidak ada endapan
|
Larut
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Pada
praktikum uji kelarutan diperoleh hasil bahwa glukosa, fruktosa, madu, laktosa,
maltose, sirup, dan sukrosa dapat larut dalam air. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa monokarbohidrat sederhana maupun
majemuk mudah larut dalam aquades. Larutan glukosa, fruktosa, laktosa, maltose,
dan sukrosa berwarna bening dan setelah ditetesi dengan aquades warna tetap
berwarna bening, hal ini mengidentifikasikan bahwa larutan tersbut termasuk
golongan monosakarida karena sudah tidak dapat dihidrolisis. Hal ini sesuai
dengan pendapat Fessenden dan Fessenden (1986) yang menyatakan bahwa
monosakarida adalah golongan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis lagi.
4.2.2. Hasil
Uji Fehling
Tabel 4. Hasil
Pengamatan Uji Fehling
Sampel
|
Reaksi (+ / -)
|
Keterangan
|
Laktosa
|
+
|
Bening-orange ada endapan merah bata
|
Sukrosa
|
+
|
Bening – Biru ada endapan merah bata
|
Glukosa
|
+
|
Bening – coklat muda ada endapan merah bata
|
Fruktosa
|
+
|
Bening – Biru ada endapan merah
bata
|
Maltosa
|
+
|
Bening – Coklat muda ada endapan merah bata
|
Madu
|
+
|
Bening – Coklat tua ada endapan merah bata
|
Sirup
|
+
|
Bening – Coklat tua ada endapan merah bata
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Pada uji
fehling larutan-larutan seperti laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, maltose,
madu, dan sirup, setelah ditetesi dengan fehling A dan fehling B kemudian
menggojognya mengalami perubahan warna. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo
(2008) yang mengatakn bahwa reaksi fehling ditambah karbohidrat pereduksi
kemudian dipanaskan akan terjadi perubahan warna.
Dalam uji fehling terdapat endapan merah bata
setelah didiamkan beberapa menit. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden dan
Fessenden (1986) yang menyatakan bahwa adanya gula pereduksi pada suatu larutan
ditandai dengan adanya perubahan warna khususnya merah bata pada larutan dan
jika gula tersebut merupakan gula pereduksi, Cu akan berubah menjadi Cu2 O
yang berwarna merah dan terjadi reaksi:
H – C = O + Cu2+ + NaOH H- COONa + Cu2O + 2H+
Hal ini
juga diperkuat oleh pendapat Bintang (2010) yang menyatakan bahwa uji positif
adanya gula pereduksi pada uji fehling
ditunjukkan dengan terbentuknya endapan merah bata.
4.2.3. Hasil
Uji Benedict
Tabel 5. Hasil Pengamatan Uji
Benedict
Sampel
|
Reaksi (+ /-)
|
Keterangan
|
Glukosa
|
+
|
Ada endapan hijau
|
Fruktosa
|
+
|
Warna akhir orange
|
Maltosa
|
+
|
Warna akhir orange
|
Laktosa
|
+
|
Warna akhir kuning
|
Sirup
|
+
|
Warna akhir kuning
|
Sukrosa
|
+
|
Warna akhir kuning
|
Madu
|
+
|
Warna akhir orange
|
Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Pada uji
benedict larutan-larutan seperti glukosa, fruktosa, maltosa, laktosa,sirup,
sukrosa dan madu yang semula berwarna bening setelah ditetesi dengan larutan
pereaksi benedict dan digojog larutan berubah warna.Hal ini sesuai dengan
pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakn bahwa pemanasan karbohidrat peredukdi
dengan pereaksi benedict akan terjadi perubahan warna.
Pada larutan glukosa terdapat endapan
hijau,hal ini menunjukkan bahwa reaksi tersebut positf teridentifikasi adanya
karbohidrat melalui reaksi gula pereduksi.Hal ini sesuai dengan pendapat
Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa pada uji benedict terdapat endapan
berwarna merah.Gula pereduksi bereaksi dengan pereaksi menghasilkan endapan merah
bata (Cu2O), dengan reaksinya :
R C = O + 2Cu2+ (sitrat) R C = O + Cu2O
H
OH
Hal ini
juga diperkuat oleh pendapat Bintang (2010) yang menyatakan bahwa pada uji
benedict terbentuk endapan berwarna hijau, kuning, atau merah bata, tergantung
dari konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.
4.2.4. Hasil
Uji Asam Pikrat
Tabel 6. Hasil Pengamatan Uji
Benedict
Sampel
|
Reaksi (+ / -)
|
Keterangan
|
Glukosa
|
+
|
Bening-bening dan warna
akhir orange
|
Fruktosa
|
+
|
Bening-kuning dan warna
akhir orange
|
Madu
|
+
|
Bening-kuning dan warna
akhir orange
|
Laktosa
|
+
|
Bening-kuning dan warna
akhir orange
|
Maltosa
|
+
|
Bening-kuning dan warna
akhir merah
|
Sirup
|
+
|
Bening-kuning dan warna
akhir merah
|
Sukrosa
|
+
|
Bening-kuning dan warna
akhir orange
|
Sumber: Data Primer Praktikum
kimia Dasar, 2012.
Pada uji
asam pikrat larutan-larutan glukosa, fruktosa, maltose, laktosa, madu, sirup,
dan sukrosa, mengalami perubahan warna setelah ditetesi dengan asam pikrat dan
sodium karbonat menjadi orange atau merah bata. hal ini sesuai dengan pendapat
sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa pada reaksi yang terjadi dalam uji asam
pikrat adalah oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam onat dan reduksi asam
pikrat yang berwarna kuning menjadi asam pikramat yang berwarna merah.
Dalam uji
pikramat ada endapan merah karena terjadi reaksi antara gula pereduksi dengan
larutan pereaksi. hal ini sesuai dengan pendapat sumardjo (2008) yang
menyatakan bahwa pada uji asam pikrat terjadi reaksi :
R C = O + O2N OH O2N OH R – O - OH
NO2 Na2CO3 NH2 C
NO 2
NO 2
4.3.
Protein
4.3.1.
Uji
Biuret
Berdasarkan praktikum protein pada
uji biuret diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil
Pengamatan Uji Biuret
Sampel
|
Reaksi(+/-)
|
Keterangan
|
Putih telur
|
+
|
Berubah warna menjadi ungu
|
Susu
|
+
|
Berubah warna menjadi ungu
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan
hasil pengujian pada uji biuret, sampel menunjukkan bahwa reaksi positif
mengandung protein yang ditandai dengan perubahan warna menjadi ungu seelah
ditetesi larutan CuSO4 dan NaOH. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bintang (2010) yang menyatakan bahwa uji biuret didasarkan pada reaksi antara
ion Cu2+ dan ikatan peptida dalam suasana basa yang membentuk warna
komlpleks ungu yang menunjukkan adanya protein, pekat atau tidaknya warna ungu
menunjukkan banyak atau tidaknya kandungan ikatan peptida pada struktur protein
tersebut. Banyak sedikitnya ikatan peptida dalam molekul protein dapat dites
dengan menggunakan biuret, karena ion Cu2+ daro biuret dalam suasana
basa bereaksi dengan peptida dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu
(Iswari dan Yuniastuti, 2006).
4.3.2.
Presipitasi
dengan Larutan Garam Logam Berat pada Putih Telur
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil
Pengamatan Uji Biuret
Reagen
|
Reaksi(+/-)
|
Keterangan
|
FeCl3
|
+
|
Coklat, terdapat endapan
|
CuSO4
|
+
|
Biru muda, terdapat endapan
|
HgCl2
|
+
|
Putih kental, terdapat endapan
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan
hasil praktikum presipitasi dengan larutan garam logam berat pada putih telur
menunjukkan bahwa reaksi positif yang reagennya FeCl3, CuSO4,dan
HgCl2 yang ditandai dengan adanya endapan,karena mengalami denaturasi
oleh adanya logam berat seperti Fe3+, Hg2+, dan Cu2+,
sehingga jika keduanya bereaksi akan terjadi endapan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Day dan Underwood (1983) yang menyatakan bahwa bahwa suatu senyawa
seperti besi hidroksida demikian tidak larutnya, sehingga dalam larutan asam
harga (Q-5) 15 masih demikian besarnya hingga menghasilkan endapan. Pengendapan
umum terjadi karena reaksi ion logam berat (raksa II klorida, perak nitrat,
timbal, asetat), serta larutan garam pekat (amonium sulfat, natrium klorida,
dan natrium sulfat) (Thenawijaya,
2000).
4.3.3.
Presipitasi
dengan Larutan Garam Logam Berat pada Larutan susu
Berdasarkan hasil praktikum
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil
Pengamatan Uji Biuret
Reagen
|
Reaksi(+/-)
|
Keterangan
|
FeCl3
|
+
|
Kuning,terdapat endapan
|
CuSO4
|
+
|
Biru muda, terdapat
endapan
|
HgCl2
|
+
|
Putih encer, terdapat
endapan
|
Sumber: Data
Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil
praktikum presipitasi dengan larutan garam logam berat terhadap larutan susu, menunjukkan
bahwa reagen mengandung protein yang ditandai dengan adanya endapan setelah
molekul-molekul yang ada pada larutan susu bereaksi dengan logam berat(Fe3+,
Cu2+, dan Hg2+). Hal ini sesuai dengan pendapat Iswari
dan Yuniastuti (2006) yang menyatakan bahwa pengendapan umum terjadi karena ion
logam berat(raksa II klorida, perak nitrat, timbal asetat) serta larutan garam
pekat (amonium sulfat, natrium klorida, dan natrium sulfat) sehingga
menyebabkan molekul pada larutan susu dengan ion logam berat tolak-menolak dan
membentuk partikel lebih besar yang turun ke dasar sebagai endapan.
4.4.
Lemak
4.4.1. Sifat
Fisik, Kekentalan dan Bau
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 10. Hasil
Pengamatan Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau
Sampel
|
Kekentalan
|
Bau
|
Sifat fisik
|
Minyak
kelapa
|
Kental
|
Tidak
bau
|
Cair
|
Lemak
(gajih)
|
Padat
|
Bau
|
Padat
|
Sumber: Data primer Praktikum Kimia Dasar,
2012.
Berdasarkan pengujian sifat fisik, kekentalan dan bau
pada lemak menunjukan bahwa minyak kelapa berbentuk cair karena minyak
mengandung presentase asam lemak tak jenuh yang tinggi, sedangkan lemak
berbentuk padat karena, presentase asam lemak tak jenuh rendah. hal ini sesuai
dengan pendapat Hart et al. (2003) yang menyatakan bahwa minyak berwujud cair
karena dari komposisinya minyak mengandung presentase asam lemak tak jenuh yang
lebih tinggi dibandingkan lemak gajih, pada pengujian tersebut lemak gajih
berwujud kental baunya amis dan sifat fisiknya padat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fessenden dan Fessenden (1997) yang menyatakan bahwa perbedaan lemak
dan minyak adalah pada sifat fisiknya, temperature kamar, lemak bersifat padat
dan minyak bersifat cair, dan pada gajih berbau amis karena disebabkan oleh
terbentuknya trimetil amin dari lecithin dan bau yang timbul juga dikarenakan
penyimpanan yang terlalu lama. Rasa dan bau yang tidak menyenangkan timbul bila
lemak disimpan lama karena disebabkan dua hal yaitu hidrolisis dan oksidasi
(Bintang, 2010).
4.4.2. Uji Kelarutan Lipid pada Minyak Kelapa
Berdasarkan
praktikum diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil
Pengamatan Uji Kelarutan Lipid pada Minyak Kelapa
Reagen
|
Kelarutan
|
Air
|
Tidak larut
|
Na2CO3
|
Sedikit larut
|
Alkohol
|
Tidak larut
|
Eter
|
Sedikit larut
|
Kloroform
|
Tidak larut
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan
percobaan pada uji kelarutan lipid pada minyak kelapa, hanya Na2CO3
dan eter yang sedikit larut,pada reagen
air, lemak tidak dapat larut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo (2008)
yang menyatakan bahwa lemak tidak larut dalam air,tetapi larut dalam pelarut
organik.
4.4.3. Uji
Kelarutan Lipid pada Margarin
Berdasarkan percobaan pada uji kelarutan lipid pada
margarine diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil
Pengamatan Uji Kelarutan Lipid pada Margarin
Reagen
|
Kelarutan
|
Air
|
Tidak larut
|
Na2CO3
|
Sedikit larut
|
Alkohol
|
Tidak larut
|
Eter
|
Larut
|
Kloroform
|
Larut
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan
uji kelarutan lipid pada margarin menunjukkan bahwa reagen memiliki sifat
kelarutan yang berbeda. Reaksi positif hanya terdapat pada reagen eter dan
kloroform. Hal ini sesuai dengan pendapat Bintang (2010) yang menyatakan bahwa
lipid tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik seperti eter dan
kloroform.
4.4.4. Uji
Kelarutan Lipid pada Mentega
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil
Pengamatan Uji Kelarutan Lipid pada Mentega
Reagen
|
Kelarutan
|
Air
|
Tidak larut
|
Na2CO3
|
Sedikit larut
|
Alkohol
|
Tidak larut
|
Eter
|
Larut
|
Kloroform
|
Larut
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan
percobaan pada uji kelarutan mentega menunjukkan bahwa mentega yang lemak hanya
akan larut dalam pelarut non polar yaitu eter dan kloroform. Hal ini sesuai
dengan pendapat Iswari dan Yuniastuti (2006) yang menyatakan bahwa lemak larut
di pelarut non polar sepeti eter dan kloroform.
4.4.5. Uji
Emulsi Minyak Kelapa
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 14. Hasil
Pengamatan Uji Emulsi Minyak Kelapa
Sampel
|
Emulsi
|
Air
|
Tidak ada emulsi
|
Na2CO3
|
Ada emulsi
|
Air sabun
|
Ada emulsi
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan percobaan uji emulsi pada minyak kelapa
yang terjadi emulsi adalah Na2CO3 dan air sabun.
Syarat-syarat emulsifikasi adalah adanya dua zat yang tidak saling campur
antara air dan minyak. Hal ini sesuia dengan pendapat Sumardjo (2008) yang
menyatakan bahwa syarat-syarat terjadinya emulsifikasi adalah adanya dua zat
yang tidak saling campur (air dan minyak), adanya emulsifying agent dan adanya
agitasi.
4.4.6. Uji
emulsi Mentega
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 15. Hasil
Pengamatan Uji Emulsi Mentega
Sampel
|
Emulsi
|
Air
|
Ada emulsi
|
Na2CO3+air
|
Sedikit emulsi
|
Air sabun+air
|
Ada emulsi
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan
uji emulsi mentega menunjukkan bahwa mentega dapat diemulsikan oleh air dan air
sabun karena keduanya sebagai emulsifier pada mentega. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sumardjo (2008) yang menyatakan bahwa emulsifier digunakan untuk
membantu pembentukan emulsi.
4.4.7. Uji
emulsi Margarin
Berdasarkan
hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 15. Hasil Pengamatan Uji
Emulsi Mentega
Sampel
|
Emulsi
|
Air
|
Ada emulsi
|
Na2CO3+air
|
Sedikit emulsi
|
Air sabun+air
|
Ada emulsi
|
Sumber: Data Primer
Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan uji emulsi pada margarin menunjukkan bahwa
Na2CO3 yang ditambahkan dengan air tidak mengalami
emulsi. Emulsifier berfungsi untuk membantu pembentukan emulsi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Djojosumarto (2008) yang menyatakan bahwa emulsifier digunakan
untuk membantu proses pembentukan emulsi pada lemak.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Simpulan
Berdasarkan
hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa standarisasi NaOH dengan larutan
standar asam oksalat 0,1 N dengan volume 9,15 ml dapat menetapkan konsentrasi
sebesar 0,0985 N. Sedangkan konsentrasi dari asam cuka sebesar 20,8575 %.
Menurut percobaan ini, bila suatu asam dan suatu basa yang masing-masing dalam
kuantitas yang ekuivalen secara kimiawi, dicampur akan menghasilkan suatu
reaksi penetralan, yang menghasilkan suatu larutan dalam air. lerutan tersebut
akan benar-benar netral jika asam dan basa itu sama kuat; kalu tidak akan
diperoleh larutan asam lemah atau basa lemah. Konsentrasi suatu larutan asam
atau basa dapat ditentukan dengan titrasi dengan larutan yang konsentrasinya
diketahui. Teknik semacam itu disebut analisis volumetri.
Karbohidrat
merupakan polihidroksi dehida atau polihidroksi keton jika terhidrolisis.
sifat-sifat karbohidrat tampak saat dilakkukan pengujian, saat uji kelarutan
karbohidrat larit dalam air, kemudian saat uji fehling A dan fehling B pereaksi
positif karena menunjukan perubahan warna menjadi merah bata. pada uji benedict
reaksi positif karena mnenunjukan perubahan warna biru menjadi merah bata,
dalam uji asam pikrat terjadi perubahan warna menjadi merah dan ada endapan
yang menunjukan reaksi positif. hal ini disebabkan karena bereaksinya
karbohidrat dengan asam pikrat.
Pada materi
protein disimpulkan bahwa, larutan putih telur dan susu
mengandung protein yang ditandai dengan terjadi perubahan warna menjadi ungu. Pada
pengujian presipitasi dengan larutan garam logam berat putih telur dan susu
menunjukkan reaksi positif, ditandai dengan timbulnya endapan. Adanya endapan
tersebut menunjukkan bahwa struktur protein telah terdenaturasi.
Hasil
pembahasan pada praktikum lemak dapat disimpulkan bahwa minyak kelapa, mentega,
dan margarin adalah senyawa yang mengandung lemak. Lemak tidak dapat benrcampur
dengan air kecuali ada emulgatornya yaitu sabun.
5.2.
Saran
Diharapkan dalam melakukan praktikum untuk
berhati-hati dalam menggunkan alat-alat yang ada di laboratorium. selain itu,
kedepannya agar lebih teliti dan cermat ketika melakukan pengujian agar data
yang diperoleh lebih valid dan maksimal.